JAKARTA – Sebuah video yang menghebohkan jagat media sosial TikTok belakangan ini ternyata mengandung informasi hoaks yang mengklaim bahwa Presiden Prabowo Subianto telah meresmikan program pinjaman online dari Bank Central Asia (BCA). Video tersebut sudah menarik perhatian masyarakat sejak diunggah di platform TikTok pada 3 Februari 2025 oleh sebuah akun yang tidak resmi. Sesuai hasil verifikasi yang telah dilakukan Kementerian Komunikasi dan Digital atau Komdigi, informasi dalam video tersebut sepenuhnya tidak benar.
Menurut penelusuran tim Cek Fakta Komdigi yang dilakukan pada Sabtu, 22 Februari 2025, video dengan durasi delapan detik itu memperlihatkan foto yang digerakkan secara animasi tanpa menampilkan sosok Presiden Prabowo Subianto. Penggiringan opini dan informasi palsu ini diungkapkan sebagai bagian dari modus penipuan yang bertujuan menggiring pengguna internet ke jalur komunikasi tidak resmi melalui aplikasi WhatsApp yang meniru atau menyerupai layanan resmi Bank Central Asia.
Pihak BCA secara tegas dan resmi menyatakan bahwa semua informasi valid terkait produk atau program dari BCA hanya disebarluaskan melalui saluran resmi. Menurut perwakilan BCA, saluran resmi yang dikelola oleh mereka di TikTok hanya menggunakan akun dengan nama pengguna @BankBCA - akun yang memiliki tanda centang biru sebagai bukti verifikasi. "Kami meminta masyarakat untuk lebih waspada terhadap penyebaran informasi yang tidak jelas sumbernya dan selalu memastikan bahwa berita atau penawaran yang diterima berasal dari kanal resmi bank," ujar juru bicara BCA.
Hoaks yang menyebar ini tidak hanya menyesatkan, tetapi juga berpotensi merugikan masyarakat secara finansial. Dalam banyak kasus, informasi palsu semacam ini sering digunakan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk melakukan penipuan dengan cara menawarkan pinjaman dengan syarat yang menggiurkan, namun pada akhirnya menjerumuskan korban ke dalam jebakan finansial.
Kementerian Komunikasi dan Digital juga mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan lebih teliti dalam menerima dan mempercayai informasi yang tersebar melalui media sosial. Mereka menyediakan layanan cek fakta yang bisa diakses masyarakat guna memastikan kebenaran dari suatu informasi. “Kami mengajak masyarakat untuk selalu skeptis dan mencari konfirmasi tambahan sebelum mempercayai sebuah informasi yang beredar,” tegas seorang pejabat dari Komdigi.
Untuk menghindari menjadi korban penipuan online, disarankan kepada masyarakat agar selalu mengunjungi situs web resmi lembaga finansial atau menghubungi layanan pelanggan resmi untuk mendapatkan informasi yang benar. Di era informasi digital yang begitu cepat tersebar, kehati-hatian dalam mengolah dan menerima informasi menjadi kunci utama dalam melindungi diri dari berbagai ancaman siber.
Sebagai penutup, fakta bahwa video tersebut hanya merupakan ilusi dari kreativitas yang menyesatkan menegaskan pentingnya sikap kritis dari pengguna media sosial. Momentum digitalisasi yang pesat mendorong setiap individu untuk lebih paham teknologi dan lebih bijak dalam berinteraksi dengan informasi di dunia maya. Masyarakat hendaknya selalu ingat bahwa tidak semua informasi dapat dipercaya tanpa verifikasi dan alangkah baiknya menjadikan sumber resmi sebagai rujukan utama dalam menerima berita terkait lembaga pemerintah maupun swasta.
Mari bersama-sama menciptakan ekosistem digital yang sehat dengan menganjurkan penerapan literasi digital yang memadai di kalangan masyarakat luas, guna meminimalisasi dampak negatif dari penyebaran informasi yang tidak benar atau hoaks. Dengan demikian, semua pihak dapat turut serta dalam menjaga keamanan dan ketertiban informasi di era digital yang makin berkembang.