Jakarta - Pada awal tahun ini, Indonesia memasuki era baru dalam pengelolaan aset digital dengan perubahan status mata uang kripto dari komoditas menjadi aset digital. Peralihan ini juga memindahkan pengawasan dan pengaturan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Langkah ini mencerminkan dinamika sektor keuangan digital yang semakin berkembang pesat, termasuk di wilayah Sulawesi Selatan.
Fokus Baru OJK: Generasi Z Menjadi Target Edukasi
OJK tak hanya menjadi pengawas, namun juga berperan aktif dalam meningkatkan literasi digital masyarakat. Di tengah perubahan ini, OJK memprioritaskan edukasi kepada generasi muda, khususnya generasi Z. Kepala OJK Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, Darwisman, menegaskan komitmen ini dalam sebuah keterangan resmi pada Senin, 17 Februari 2025.
"Di tengah teknologi digital yang terus berkembang pesat, akses ke layanan keuangan juga semakin luas. Sementara indeks literasi keuangan digital di Indonesia saat ini masih perlu ditingkatkan. Makanya OJK berkomitmen untuk terus mendorong peningkatan literasi keuangan digital, utamanya di Sulsel," ujar Darwisman.
Sulawesi Selatan, dengan populasi lebih dari 9,46 juta jiwa yang didominasi generasi milenial dan gen Z, dianggap sebagai pasar potensial sekaligus tantangan dalam meningkatkan literasi keuangan. Generasi muda ini dikenal lebih terbuka terhadap inovasi teknologi, namun juga lebih rentan terhadap risiko investasi.
Risiko dan Tantangan Investasi Kripto
Investasi dalam aset kripto membawa sejumlah risiko yang perlu dipahami secara mendalam. Risiko tersebut antara lain volatilitas harga yang dapat naik atau turun secara drastis, ancaman peretasan, dampak sentimen pasar, risiko likuiditas, serta potensi investasi bodong. Selain itu, pelanggaran regulasi, kehilangan akses, dan pencurian merupakan risiko lain yang mengintai investor kripto.
"Salah satu fokus kami ialah memastikan bahwa generasi muda paham betul terkait risiko-risiko ini. Kami berusaha untuk tidak hanya memberikan pemahaman teknis tetapi juga edukasi mengenai manajemen risiko," tambah Darwisman.
Pertumbuhan Transaksi Kripto di Indonesia
Walaupun mengandung risiko, daya tarik investasi kripto terlihat dari pertumbuhan transaksi yang signifikan. Selama periode Januari-November 2024, nilai transaksi kripto di Indonesia mencapai Rp556,63 triliun, meningkat 356,16% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023, menurut data dari Bappebti.
Selain itu, jumlah pelanggan terdaftar pada tahun 2024 telah mencapai angka 22,1 juta, mengalami peningkatan sebesar 33,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Angka-angka ini menggambarkan antusiasme masyarakat yang semakin tinggi terhadap aset digital, sekaligus menekankan pentingnya literasi keuangan yang memadai.
Upaya Edukasi dan Pengawasan OJK
Sebagai bagian dari upaya menyeimbangkan pertumbuhan pasar aset digital dengan edukasi dan perlindungan konsumen, OJK berkomitmen untuk meningkatkan literasi keuangan di berbagai kalangan, khususnya generasi muda di Sulawesi Selatan. Program-program edukasi, pelatihan, dan berbagai inisiatif lainnya diharapkan dapat membantu masyarakat lebih memahami dan bertransaksi secara bijak dalam ekosistem keuangan digital.
Dengan fokus pada literasi dan edukasi finansial, OJK berharap dapat meminimalkan risiko-risiko investasi kripto dan mendukung penciptaan ekosistem keuangan digital yang lebih sehat dan berkelanjutan di Indonesia. Sebagai penutup, Darwisman menggarisbawahi pentingnya sinergi antara berbagai pihak untuk membangun kesadaran dan pemahaman yang lebih baik mengenai aset digital sebagai bagian dari inovasi keuangan modern.
Melalui strategi dan komitmen yang kuat, OJK bersiap menyongsong masa depan keuangan digital Indonesia yang lebih cemerlang dan aman bagi seluruh masyarakat.