Kinerja Bank BCA 2024 Menyilaukan, Tetapi Saham Terkoreksi 7,58% di 2025

Rabu, 12 Februari 2025 | 13:13:30 WIB
Kinerja Bank BCA 2024 Menyilaukan, Tetapi Saham Terkoreksi 7,58% di 2025

Jakarta - Bank Central Asia Tbk (BBCA), bank swasta terbesar di Indonesia, terus menunjukkan performa finansial yang gemilang pada tahun 2024. Namun, meskipun telah memperoleh prestasi yang impresif, harga saham BBCA justru menunjukkan tren penurunan sepanjang tahun 2025. Kondisi ini mempengaruhi persepsi investor dan menarik perhatian pelaku pasar, Rabu, 12 Februari 2025.

Harga Saham Terkoreksi Akibat Aksi Jual Investor Asing

Sepanjang tahun 2025 hingga 10 Februari, harga saham BBCA tergelincir sebesar 7,58%, mencatat angka Rp9.150 per saham. Penurunan ini dipengaruhi oleh aksi jual bersih (net sell) yang dilakukan oleh investor asing. Pada periode 3-7 Februari 2025 saja, investor asing tercatat menjual saham BBCA senilai Rp839,9 miliar, menyebabkan penurunan harga saham sebesar 1%. Sejak awal tahun hingga 7 Februari, keseluruhan aksi jual bersih oleh asing mencapai sekitar Rp3,68 triliun, yang turut andil menggerus harga saham sebesar 3,35%.

Tim Analis Bareksa mencatat bahwa kondisi ini bukan hanya dipicu oleh rumor serangan siber yang mengincar BBCA. Menurut mereka, keluarnya investor asing lebih disebabkan oleh faktor eksternal, seperti kondisi makro ekonomi Indonesia serta imbal hasil Obligasi Negara Amerika Serikat (US Treasury yield).

Kontribusi Dividen Besar, Menarik Minat Investor

Meski menghadapi tekanan di pasar saham, BBCA tetap mempertahankan kinerja yang solid. Sepanjang tahun 2024, bank ini telah membagikan dividen interim sebesar Rp50 per saham atau total Rp6,1 triliun pada bulan Desember, meningkat 17,85% dibandingkan dividen interim 2023. Selain itu, pada Maret 2024, BBCA juga menyalurkan dividen final sebesar Rp227,5 per saham, dengan total Rp33,2 triliun.

Tim Analis Bareksa menekankan pentingnya pembagian dividen tersebut sebagai daya tarik utama bagi investor. “Secara historis, BBCA tidak pernah absen dalam membagikan dividen, menandakan kemampuan mereka mencetak keuntungan berkelanjutan,” ujar salah satu anggota tim analis.

Faktor Makro Ekonomi dan Kebijakan AS Mempengaruhi

Penguatan dolar AS akibat kebijakan perang dagang yang dilakukan oleh Presiden Donald Trump menekan nilai tukar Rupiah. Kondisi ini diperparah oleh lemahnya daya beli masyarakat yang tampak dari rendahnya inflasi tahunan 2024 di Indonesia, yaitu hanya 1,57%.

Prediksi Pertumbuhan dan Soliditas Kinerja BBCA

Berdasarkan hasil analisis, BBCA diprediksi akan tetap mencatatkan kinerja fundamental yang kuat. Dengan likuiditas yang cukup baik serta rasio LDR di angka 78% dan NPL sebesar 1,8%, BBCA optimis mengejar target pertumbuhan kredit antara 6% hingga 8%.

Kinerja keuangan tahun 2024 menunjukkan berbagai angka yang positif: penyaluran kredit mencapai Rp922 triliun, meningkat 13,8% YoY. Sementara, kredit korporasi tumbuh 15,7% YoY dengan nilai Rp426,8 triliun, kredit UKM meningkat 14,8% YoY, dan kredit konsumer naik 12,4% YoY.

Prospek Saham di Tengah Perbaikan Ekonomi

Tim Analis Bareksa melihat adanya peluang positif bagi saham BBCA seiring dengan perbaikan ekonomi global. Dengan net interest margin (NIM) tercatat sebesar 5,8% di tahun 2024, BBCA berpotensi memperluas volume kredit saat kondisi ekonomi membaik. Dengan demikian, saham BBCA tetap direkomendasikan beli dengan target harga Rp11.600 per saham, menawarkan potensi kenaikan sebesar 26,77% dari harga penutupan saat ini.

Terkini

Harga Infinix Hadirkan Hot 60 Pro dan Note 50x 5G Terbaru

Selasa, 23 September 2025 | 16:07:53 WIB

Huawei Pura 80 Hadir dengan Kamera Ultra dan Desain Premium

Selasa, 23 September 2025 | 16:07:51 WIB

Lenovo Yoga 9i Aura Edition Lengkap dengan Stylus Canggih

Selasa, 23 September 2025 | 16:07:46 WIB