Produksi Batu Bara Indonesia Lampaui Target, Pertumbuhan Energi Terbarukan Masih Lamban

Selasa, 11 Februari 2025 | 15:18:26 WIB
Produksi Batu Bara Indonesia Lampaui Target, Pertumbuhan Energi Terbarukan Masih Lamban

Jakarta – Dalam perkembangan terbaru sektor energi nasional, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan bahwa produksi batu bara Indonesia telah melampaui target yang ditetapkan untuk tahun 2024. Produksi ini mencapai 836 juta ton, atau setara dengan 117% dari target awal sebesar 710 juta ton. Meskipun mencetak rekor baru dalam produksi batu bara, pertumbuhan bauran energi di Indonesia masih jauh di bawah target yang ingin dicapai, Selasa, 11 Februari 2025.

Dalam konferensi pers yang digelar pada Selasa Selasa, 11 Februari 2025, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa dari total produksi tersebut, sekitar 550 juta ton telah diekspor ke berbagai negara. Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO), sebanyak 233 juta ton dialokasikan dan 48 juta ton sisanya dijadikan stok. "Yang benar-benar di pasar batubara itu sekitar 1.250-1,5 miliar ton. Kita menyuplai kurang lebih 555 juta ton. Itu sama dengan 30-35 persen dari konsumsi dunia," ungkap Bahlil.

Meskipun prestasi dalam sektor batu bara, pemerintah Indonesia masih harus menghadapi tantangan dalam merealisasikan target produksi batu bara untuk tahun 2025 yang telah ditetapkan sebesar 735 juta ton, sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2025.

Kendala Pertumbuhan Energi Baru Terbarukan (EBT)

Di sisi lain, pertumbuhan produksi batu bara yang melesat ini tidak diiringi dengan kemajuan signifikan dalam bauran energi baru terbarukan (EBT) yang menjadi bagian dari rencana mencapai target net zero emission (NZE) pada tahun 2060. Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, kapasitas pembangkit listrik di Indonesia hingga tahun 2024 mencapai 101,1 Gigawatt (GW), dengan porsi pembangkit fosil mencapai 86 GW dan energi terbarukan hanya 15,1 GW (15%).

"Fosil ini termasuk batu bara, gas, dan BBM yang porsinya 85%, sementara energi baru terbarukan hanya 15%," jelas Bahlil. Persentase bauran energi terbarukan ini masih jauh tertinggal dari target sebesar 23% yang ingin dicapai pada tahun 2025. "Pada target 2025 itu, defisit sekitar 8.000 megawatt," tambahnya.

Sumatera menempati posisi teratas dalam hal bauran EBT terbesar di Indonesia, mencapai 33% atau setara dengan 6,2 GW kapasitas terpasang. Disusul oleh Sulawesi yang memiliki bauran EBT sebesar 20% atau 2,5 GW, dan Kalimantan dengan 14% atau 0,8 GW kapasitas terpasang. Sementara itu, Jawa menjadi pulau dengan bauran EBT terkecil hanya 10% dengan kapasitas 5,3 GW, diikuti oleh Papua dengan 3% dan kapasitas 0,3 GW.

Tantangan ke Depan

Pemerintah menyadari bahwa perlu adanya upaya yang lebih serius dalam meningkatkan bauran EBT untuk memenuhi target tersebut. "Untuk memenuhi target bauran EBT 23% pada tahun 2025, diperlukan kerjasama lintas sektoral dan investasi yang signifikan dalam pengembangan teknologi EBT," kata Bahlil.

Kementerian ESDM sendiri telah menekankan pentingnya investasi dalam infrastruktur dan teknologi energi terbarukan untuk mencapai target yang diinginkan. Selain itu, revisi regulasi dan insentif ekonomi bagi pelaku industri energi terbarukan dianggap sebagai langkah strategis dalam mencapai tujuan tersebut. Upaya ini diharapkan dapat menarik lebih banyak investor dalam mengembangkan proyek energi terbarukan di Indonesia.

Dengan besarnya kendala yang ada di sektor energi, terutama dalam transisi menuju energi terbarukan, pemerintah dan stakeholder terkait diharapkan dapat meningkatkan kolaborasi untuk memastikan pencapaian target bauran energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Di tengah tekanan untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan, Indonesia dihadapkan pada tugas berat untuk menyeimbangkan antara kebutuhan energi yang cepat dan ambisi jangka panjang menuju keberlanjutan lingkungan.

Sebagai negara penghasil batu bara terbesar di dunia, Indonesia perlu melakukan diversifikasi sumber energi untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil dan lebih berfokus pada pengembangan energi bersih dan terbarukan. Hal ini penting tidak hanya bagi ketahanan energi nasional tetapi juga untuk menjaga komitmen terhadap target lingkungan global.

Peningkatan produksi batu bara yang signifikan bukanlah satu-satunya solusi jangka panjang. Tantangannya kini adalah mengimbangi keberhasilan ini dengan komitmen untuk meningkatkan proporsi energi terbarukan demi mewujudkan masa depan yang lebih bersih dan lebih berkelanjutan.

Terkini

Spinjam Cair Berapa Lama? Simak Penjelasan Ini!

Senin, 22 September 2025 | 23:32:14 WIB

Hukum Zakat Emas Perhiasan dan Cara Menghitungnya

Senin, 22 September 2025 | 23:32:10 WIB

Simulasi KPR BTN Terbaru, Berdasarkan Harga dan Tenor Rumah

Senin, 22 September 2025 | 23:32:08 WIB

7 Rekomendasi Harga Tv Led 32 Inch Terbaik di Indonesia 2025

Senin, 22 September 2025 | 23:32:07 WIB