Badai Ekonomi Global Ancam Emiten Perbankan: Saham KBMI IV Terpuruk Akibat Kinerja di Bawah Ekspektasi

Senin, 10 Februari 2025 | 17:10:07 WIB
Badai Ekonomi Global Ancam Emiten Perbankan: Saham KBMI IV Terpuruk Akibat Kinerja di Bawah Ekspektasi

Jakarta - Pada perdagangan Senin, 10 Februari 2025, emiten perbankan besar mengalami penurunan tajam di bursa saham. Saham-saham emiten KBMI IV, seperti Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan Bank Central Asia (BBCA) mengalami penurunan signifikan. Berdasarkan data Refinitiv, dalam sesi pertama perdagangan hari ini, saham BMRI anjlok 2,43% menjadi 5.025, BBRI turun 1,24% ke 3.980, dan BBCA menurun 2,14% ke 9.150. Saham BBNI mencatat pelemahan terkecil dengan penurunan 0,47% ke 4.250, Senin, 10 Februari 2025.

Tekanan terhadap saham perbankan besar ini diakibatkan oleh kinerja keuangan yang di bawah ekspektasi pasar. Menurut Research Analyst dari Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani, penurunan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang saling berkaitan. Dalam wawancaranya dengan CNBC Indonesia, Arjun menjelaskan, "Pasar mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk penjualan asing di emiten perbankan besar akibat risiko global, volatilitas pasar yang tinggi, kinerja perbankan yang lesu, dan di bawah ekspektasi pasar serta kebijakan baru ini (penghapusan kredit macet)."

Selain itu, Arjun menyoroti dinamika global yang memperburuk keadaan, terutama ketegangan geopolitik dan perang dagang global yang semakin intensif. "Dinamika global seperti kelanjutan eskalasi tensi geopolitik terutama melalui pengembangan perang perdagangan global melalui kebijakan tarif juga menjadi pertimbangan utama oleh pelaku pasar," tambahnya.

Menambah beban bagi emiten perbankan, kebijakan penghapusan kredit macet dalam waktu dekat akan menambah kerugian bagi bank, meskipun memiliki efek positif dengan menurunkan rasio Non-Performing Loan (NPL). Arjun melanjutkan, "Jadi untuk jangka pendek, mungkin dampaknya buruk melalui kenaikan kerugian, tapi di sisi lain, dalam jangka pendek ada keuntungannya juga melalui penurunan NPL."

Research Analyst PT Panin Sekuritas Tbk, Aqil Triyadi, juga mengamati pelemahan saham big banks diikuti oleh keluarnya dana asing yang mendominasi investasi di sektor ini. "Asing banyak di banks, bobot paling besar dan punya likuiditas. Memang di 2025 perbankan memberikan guidance adanya potensi perlambatan pertumbuhan kredit, sehingga nantinya laba tidak akan sekencang sebelumnya," jelas Aqil.

Meskipun kondisi saat ini penuh tantangan, ada harapan perbaikan kinerja pada tahun 2025. Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information dari MiraeAsset Sekuritas Indonesia, optimis bahwa Bank Indonesia akan kembali memangkas suku bunga pada tahun 2024. "Diharapkan tekanan untuk perbankan bisa mereda sehingga diharapkan memicu kenaikan kinerja atau optimalisasi," ungkap Nafan.

Ia menambahkan bahwa biaya tinggi akibat suku bunga BI yang tinggi pada 2024 memberi beban besar pada performa keuangan emiten perbankan, sehingga diharapkan penurunan suku bunga di masa depan akan memberikan ruang bagi kinerja keuangan yang lebih optimal.

Dengan situasi ekonomi global yang dinamis dan risiko yang meningkat, investor perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan kebijakan domestik yang dapat mempengaruhi emiten perbankan. Pelemahan saham KBMI IV mencerminkan tantangan yang dihadapi sektor perbankan saat ini, dan keputusan kebijakan di paruh kedua tahun 2025 akan menjadi penentu arah perkembangan sektor ini. Meskipun tekanan saat ini menimbulkan kekhawatiran, potensi kebijakan ekonomi yang lebih bersahabat di masa depan memberikan secerca harapan bagi investor dan pelaku pasar.

Terkini

Harga Infinix Hadirkan Hot 60 Pro dan Note 50x 5G Terbaru

Selasa, 23 September 2025 | 16:07:53 WIB

Huawei Pura 80 Hadir dengan Kamera Ultra dan Desain Premium

Selasa, 23 September 2025 | 16:07:51 WIB

Lenovo Yoga 9i Aura Edition Lengkap dengan Stylus Canggih

Selasa, 23 September 2025 | 16:07:46 WIB